Skip to main content

Esensi Hari Kemerdekaan

Well, it's been a long time since last post. Sekarang, gw mau cerita tentang bagaimana masyarakat di negara gw merayakan hari kemerdekaannnya, menurut pandangan gw, lewat perilaku orang-orang yang gw amati pada hari itu, termasuk diri gw sendiri. (Gw menceritakan ini, mungkin kalian bakal ngira klo negara gw, Indonesia ini buruk. Gw gak bermaksud membuat negara ini buruk di mata orang. Gw cuma mau klo orang-orang di negara gw bisa sadar dengan kelakuannya yang membuat citra negara menjadi buruk.)

Hari Kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 Agustus. Dan tahun ini, negara kami telah merdeka 67 tahun. Meskipun kita sudah merdeka lumayan lama, makin kesini, kayaknnya hari kemerdekaan itu gak ada artinya. Gw sendiri, mengakui klo gw sendiri kemaren gak merasakan esensi hari kemerdekaan itu. Gw ngerasa hari itu kyak hari-hari biasa aja. Cuma bedanya, stasiun-stasiun TV nasional menayangkan film-film yang bertemakan kemerdekaan, perjuangan waktu dulu pemuda-pemuda Indonesia merebut kemerdekaan kita. Gw ngepost sendiri di Facebook page gw tentang hari ini, "Apakah selama 67 tahun ini, kita masih mencari artinya?". Temen gw jawab dia juga gak merasakan merdeka. Dan dia juga mengiyakan perkataan gw tentang alasan kenapa kita gak bisa merasakan kemerdekaan. Gw sendiri masih merenungkan apa sih merdeka itu, apa yang kita lakukan untuk mencari kemerdekaan itu sendiri, apa yang kita lakukan klo kita sudah mendapatkan kemerdekaan itu sendiri. Gw sendiri masih mencari itu semua.

Mungkin buat beberapa orang, mereka bisa merasakan esensi dari kemerdekaan. Tapi, buat beberapa orang, terutama generasi sekarang, kayaknya kemerdekaan itu gak berarti apa-apa. Gimana kita merayakan kemerdekaan, gimana dulu susahnya mendapatkan kemerdekaan, gimana orang-orang dulu berjuang, mereka terkesan tidak peduli. Kemerdekaan Indonesia itu sekedar upacara bendera, yang ditambahkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dan pidato dari komandan upacara yang lumayan panjang, sehingga membuat beberapa orang menjadi pingsan terkena terik matahari. Jangankan generasi sekarang, orang tua aja udah kehilangan dari esensi kemerdekaan itu sendiri. Gw senpet liat acara pengibaran sang merah putih di Jakarta. Gw ngeliat beberapa orang lagi duduk santai, kipas-kipas, ngobrol satu sama lain, padahal lagi pengibaran klo gak salah. Dan mereka gak malu klo mereka di tayangkan di TV, dilihat banyak orang. Yang lebih tua dari kita aja kyak gitu, gimana kita, gimana generasi kedepan? Apa nantinya kemerdekaan malah gak berarti apapun? Apa nanti kita bakalan melupakan perjuangan orang-orang di tahun-tahun 45an berjuang sampai titik darah penghabisan, merebut kemerdekaan dari tangan penjajah?


Note:
Ini mungkin ada pro ama kontra. Gw pengen denger pendapat kalian yang baca. Makasih..

Comments

  1. somehow , memang makin kesininya hari bersejarah itu nggak ada artinya lagi dengan majunya teknologi dan perubahan jaman.
    Mungkin kata " jaman edan" tersemat untuk negara kita.
    Edan ! edan ga menghargai hari besar negara kita.
    Apalah arti sebuah "Proklamasi" 67 tahun yang lalu dan hasilnya seperti ini. Sangat disayangkan saya dengan perubahan jaman, hal itu membuat perubahan besar pada rasa Nasionalisme kita pada bangsa ini.

    Lomba2 , acara TV dan upacara mungkin hanya simbol dari tanggal 17 -8 . Tapi makna nya mungkin tidak nampak dari kegiatan itu.
    67 tahun yang lalu, pemuda lah yang memaksa Soekarno hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan kita.mereka berharap dengan proklamasi itu, generasi muda kedepannya bisa memerdekakan bangsa ini dari smua sudut aspek didalam pemerintahan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kuliah vs. Sekolah

Ok, kali ini, gw mau ngebahas tentang bedanya kuliah sama sekolah. Kenapa gw mau capek2 gebahas itu, soalnya biasanya orang tua sering banget marahin anaknya yang kuliah gara2 messy, disorganized. Cerita nyata ni: ada temen cewek gw, sebut aja namanya Joni, bukan Tatang lho yaa. Lupakan tentang Tatang. Tatang udah basi. Udah jamuran, ditelen bumi. *tanduk sama ekor setannya muncul* Balik ke Joni. Joni ini, kemaren cerita ke gw klo dia akhir2 ini sering banget dimarahin sama bokap n nyokapnya (baca: ortu,red) gara2 dia jadi gak aturan hidupnya. (mungkin gara2 ketemu gw kali yaa, makanya jadi anak yang gak aturan. Maap ya, om, tante. *bow) Terus, kata temen cewek gw yang lain, masih temennya Tatang n Joni, sebut aja Boyke, cerita klo dulu dia sampe depresi, mau kabur dari rumah gara2 sering dimarahin itu. Dari contoh diatas aja bisa kita lihat bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Nah loo, mulai ngelantur. Back to the topic. Dari contoh itu aja kita bisa liat klo...

Sony DSR-PD117 Short Review

Gambar 1.1 Kamera Sony DSR-PD177 Sony DSR-PD177 adalah salah satu camcorder standar DVCAM yang dikeluarkan oleh perusahaan Sony,Inc. Camcorder ini mengadaptasi format DVCAM yang merupakan standar format SD (Standard-Definition)  untuk kameramen profesional. Sama seperti camcorder pendahulunya, DSR PD-170, camcorder ini dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi dimana kualitas gambar dapat diandalkan dan bisa dugunakan disegala macam kondisi dan situasi. Camcorder ini memiliki kualitas audio yang lebih baik dibandingkan camcorder pendahulunya. Selain itu kualitas videonya pun sudah lebih baik daripada DSR PD-170 dan memiliki cara pengoperasian yang lebih mudah, termasuk pilihan aksesori agar bisa digunakan diberbagai macam skenario shooting (pengambilan gambar).  Menurut Mr. Isao Matsufune, Head of Network Systems Product Marketing, Business and Professional Products Asia Pacific, “DSR-PD177P memakai DVCAM format yang sudah menjadi standar SD format untuk profes...

One Fine Day pt.4

I'm back!! Maaf ya, lama banget. Lagi sibuk (baca: main,ngalor-ngidul kemana aja). Hehee.. Lanjut ke cerita. Jadi, Anna dengan senyum najongnya berdiri di depan pintu kosan Jemmy. Gw tanya, ini kenapa ni. Ternyata, di depan udah ada dia,Jemmy,Arini,Jenny,Julia,Iffah,plus Kurni dan Daru (gw gak tau gimana bisa ni anak dua bisa ada). Gw langsung nangkep, gw di surprise-in lagi untuk kedua kalinya. Shoot!! Gw langsung mikir cepet. Klo mereka udah ngumpul di depan, pasti gw mau diapa-apain nih. Mungkin di lemparin telor, tepung, dan semua bahan-bahan yang dipake buat bikin kue, atau gw di ceburin di kolam di perumahan deket situ. Gw langsung reflek mundur kebelakang pintu, alias masuk kedalam kosan. Mereka langsung berusaha menggiring gw keluar, tanpa paksaan. Gw gak mau dong. Secara di pikiran gw udah ada kemungkinan-kemungkinan tadi. Sampe akhirnya, Kurni ama Jemmy berusaha narik gw keluar. Literally narik. Ada kali sekitar 5 menitan gw ama anak dua tarik-tarikan. HAHAHAHAHAHAHAHA....